Cito Mall, Jl. A. Yani 288, Lantai UG Blok US 23, No. 3 & 5, Surabaya
081-252982900
groedu@gmail.com

PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN ENERGI ISO 50001 DI INDONESIA

The Best consultant business in Surabaya

PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN ENERGI ISO 50001 DI INDONESIA

Pertumbuhan dunia perindustrian yang berkontribusi besar bagi pertumbuhan perekonomian Indonesia, namun disisi lain industry yang menyerap energi sekaligus menjadi sektor utama sebagai penghasil gas rumah kaca yang menjadi sebuah dilema energi dalam dunia perindustrian saat ini, dalam meningkatkan perekonomian sekaligus menghabiskan energi yang begitu besar.

Sektor industri yang mengkonsumsi energi terbesar di Indonesia adalah 90% konsumsi energi yang berasal dari sumber bahan bakar fosil (sumber Stastistik 2008). Sampai pada tahun 2050 mendatang kebutuhan akan energy diperkirakan akan semakin meningkat menjadi 200% (source: IEA 2007), pada kurun waktu yg sama maka tuntutan untuk penurunan emisi CO2 juga menjadi 200% (source: IPPC 2007 ).

Untuk itulah The International Organization for Standardization (ISO) telah mengeluarkan ISO 50001 Energy Management. Standar ini adalah standar yang akan digunakan untuk mengelola kinerja energi termasuk juga efisiensi dan konsumsi energi. Konsep dari SNI ISO 50001telah menggunakan model Sistem Manajemen dengan pendekatan siklus Plan, Do, Check, Action untuk perbaikan yang berkelanjutan. Indonesia sebagai anggota ISO akan mengadopsi secara identik tentang standar tersebut menjadi SNI ISO 50001 Sistem Manajemen Energi.

Selain dari pertumbuhan ekonomi, pertambahan penduduk juga akan sangat mempengaruhi konsumsi energi Indonesia. Tahun 2019, diprediksikan kebutuhan akan energi Indonesia mencapai 1,316 Juta SBM (setara barel minyak). Dibutuhkan adanya kerja keras dari seluruh elemen bangsa untuk bersama-sama melakukan penghematan konsumsi energi. Pemerintah telah berupaya untuk mengajak masyarakat dalam menghemat energi dengan cara:

1. Pengendalian sistem distribusi BBM pada setiap stasiun pengisian bahan bakar umum.
2. Kendaraan pemerintah dilarang menggunakan BBM bersubsidi, baik pusat maupun daerah serta badan usaha milik negara dan daerah.
3. Pelarangan BBM yang bersubsidi untuk kendaraan perkebunan dan pertambangan.
4. Konversi BBM kepada bahan bakar gas untuk transportasi.
5. Penghematan penggunaan listrik dan air pada kantor-kantor pemerintah pusat dan daerah, BUMN, BUMD serta penghematan penerangan jalan.

Upaya seperti ini diharapkan akan mampu dalam mengurangi konsumsi energi, sebagai gambaran pada tahun 2012 subsidi bahan bakar sudah mencapai Rp 312 Triliun (± 32 milyar US$), dengan rincian Bahan Bakar Minyak/LPG Rp 212 T; dan Listrik Rp 100 T.

Penggunaan energi yang bersumber dari fosil akan berdampak sangat besar kepada lingkungan dan perubahan iklim karena menghasilkan emisi CO2. Untuk itu, perlu dilakukan efisiensi energi melalui manajemen energi. Dengan cara efisiensi energi, maka sektor industri meskipun sebagai pengguna energi terbesar, juga berpeluang dalam mengurangi emisi CO2 sebesar 19%-31% sebagai pengurang biaya.

Berbagai manfaat akan diperoleh dari penerapan standar ISO 50001, diantaranya adalah:

1. Menghemat biaya.
2. Meningkatkan keandalan organisasi.
3. Meningkatkan produktifitas dan daya saing.
4. Mengurangi resiko karena kenaikan harga energi.
5. Meningkatkan ketahanan terhadap suplai energi.

Meskipun dengan beberapa manfaat, bukan berarti tanpa adanya hambatan. Hambatan dalam penerapan ISO 50001 ini adalah berfokus industri kepada produksi dan biaya awal daripada biaya rutin, kurangnya informasi dan keahlian secara teknis, serta kurangnya pemahaman dari pimpinan puncak organisasi perusahaan.

Tujuan dari keseluruhan ISO 50001 adalah untuk mendukung organisasi dalam upaya mereka untuk menyusun dan mengimplementasikan suatu sistem manajemen energi yang lebih komprehensif, serta untuk terus meningkatkan kinerja energi mereka. Berdasarkan pemenuhan persyaratan hukum, identifikasi dan analisa dari semua yang berhubungan dengan pertimbangan energi, yang akan membuat transparan aliran energi, menghemat banyak biaya, dan mengurangi emisi gas dari rumah kaca, mak berikut ini adalah beberapa komponen dari struktur ISO 50001.

• Untuk menentukan kebijakan energI.
• Melakukan proses perencanaan-perencanaan energi.
• Menentukan tujuan energi, target dan rencana kerja serta tanggungjawab dan sumber daya.
• Pengawasan yang sudha tersistematis.
• Melaksanakan potensi penghematan energi.
• Meningkatkan kinerja energi.

Agar dapat memfasilitasi implementasi ISO 50001, struktur standard seperti ini berdasarkan pada elemen standar sistem manajemen ISO pada umumnya, misalnya sistem manajemen lingkungan ISO 14001, dimana ISO 14001 ditujukan dengan area yang relevan dengan lingkungan, seperti manajemen sumber daya, sistem operasi, dan segala proses yang ditujukan untuk realisasi produk, termasuk juga emisi dan limbah serta pembuangan lainnya. ISO 50001 berfokus pada kinerja energi dari suatu organisasi. ISO 50001 menyediakan dasar perbaikan berkesinambungan tentang sistem manajemen energi.

Pada sisi lain, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mengeluarkan PERATURAN MENTERI ESDM NO. 14/2012 TENTANG MANAJEMEN ENERGI yang menetapkan bahwa industri dengan penggunaan energi lebih dari 6000 TOE (ton oil equivalent) wajib menerapkan sistem manajemen energi dan industri dengan penggunaan energi kurang dari 6000 TOE (ton oil equivalent) agar menerapkan sistem penghematan energi. Perusahaan yang telah menerapkan sistem manajemen energi dan sudah berhasil selama 3 tahun berturut-turut akan dapat menurunkan Konsumsi Energi Spesifik minimal 2% per tahunnya, dan akan mendapatkan insentif berupa Audit Energi, Training serta pemahaman SNI ISO 50001 dalam pola kemitraan yang dibiayai oleh Pemerintah dan mendapat prioritas pasokan energi.