Cito Mall, Jl. A. Yani 288, Lantai UG Blok US 23, No. 3 & 5, Surabaya
081-252982900
groedu@gmail.com

MEMBUTUHKAN SOP HRD, DAN PEMBENTUKAN HRD DEPARTEMEN, CALL 081-252-982900

The Best consultant business in Surabaya

MEMBUTUHKAN SOP HRD, DAN PEMBENTUKAN HRD DEPARTEMEN, CALL 081-252-982900

SUDAHKAN ANDA KETAHUI? BEBERAPA UNSUR-UNSUR UTAMA SEBAGAI PEMBENTUK DARI ORGANIZATIONAL CULTURE (BUDAYA ORGANISASI) DI PERUSAHAAN ANDA.

Pada sebuah survey yang pernah dilakukan oleh raksasa mesin pencarian Google telah memunculkan setidaknya 290 juta hasil temuan dari pencarian keyword “Organizational Culture (Budaya Organisasi)”. Hal itu adalah sebagai tanda sinyal utama yang mengindikasikan bahwa banyak diantara organisasi-organisasi perusahaan yang memang sudah mulai memandang betapa pentingnya faktor kebudayaan pada struktur internal organisasi.

Pihak publik sendiri sudah terlalu banyak membuat bermacam-macam jenis artikel, tulisan, atau bahkan berupa kajian yang lebih mendetail dan lebih lengkap terhadap organizational culture karena memang sangat banyak sekali terjadi bermacam-macam kekeliruan tentang pemahaman dan pengaplikasiannya pada kehidupan yang sebenarnya dari internal organisasi perusahaan. Anda dapat melihat sendiri bagaimana pola sesungguhnya dari kebudayaan pada internal organisasi perusahaan yang selama ini masih tetap konsisten dalam mempengaruhi setiap perilaku dan emosi dari para pekerja/karyawannya.

Beberapa definisi tentang Organizational Culture/Budaya Organisasi:

1. Organization Culture merupakan suatu pola yang sudah serba terintegrasi antar satu individu dengan individu lain tentang pengetahuan, kepercayaan, dan berupa perilaku yang sangat bergantung terhadap kapasitas belajar dan banyak terjadi untuk proses regenerasinya.
2. Set dari perilaku, value, tujuan, dan berupa pengembangan yang menjadi karakter pembentuk utama dari internal suatu organisasi perusahaan.
3. Kata “organizational culture” pertamakali muncul sekitar tahun 1980 an, dan berkaitan dengan fungsi organisasi dan tentang bagimana sebuah organisasi perusahaan akan mampu menampilkan dirinya sendiri.
4. Perilaku atau berupa kebiasaan yang selama ini sudah dilakukan secara berulang-ulang, sebagai inti utama dari proses berjalannya kebudayaan yang berpengaruh besar terhadap emosi, bagaimana cara berpikir, dan juga kepercayaan dari para pekerja.

Tantangan terberat dan yang tergolong cukup sulit yang paling banyak dialami oleh setiap organisasi internal perusahaan adalah ketika membentuk budaya seperti apa yang diinginkan oleh pihak manajemen, sehingga harus benar-benar mendukung jalannya kehidupan dari internal organisasi tersebut, dalam hal ini terdapat dua macam cara yang bisa dilakukan, yaitu:

1. Membangun kebudayaan dengan adanya kesadaran dan tujuan yang sebelumnya sudah direncanakan.

Dengan adanya proses perencanaan yg baik, maka kemungkinan untuk bisa berhasil dalam mencapai tujuan seperti apa yang diharapkan akan semakin tinggi. Beberapa perusahaan yang lebih peduli dengan betapa pentingnya kebudayaan organisasi akan mulai memikirkannya dengan lebih serius terkait tentang hal-hal apa saja yang selanjutnya harus dilakukan, sehingga proses organisasi internal perusahaan akan dapat tercapai dengan baik.

2. Membangun kebudayaan organisasi karena tidak disengaja dan hanya merencanakan seperlunya saja.

Jika perusahaan hanya setengah hati dalam melihat hal-hal semacam ini, sehingga pengerjaannya menjadi tidak maksimal maka hasil yang akan didapatkanpun juga menjadi tidak maksimal. Perusahaan yang tidak terlalu peduli dengan organizational culture akan nampak seperti sekumpulan individu-individu yang sama sekali tidak memiliki identitas.

Berikut ini merupakan beberapa unsur utama dalam membangun organizational culture:

1. Definisikan (Define It).

Pada internal organisasi perusahaan mungkin saja terdapat beberapa pimpinan pusat manajemen yang menjalankan organisasi, dan mereka akan sangat kesulitan untuk mencapai suatu kesepakatan keputusan yang mutlak dan mungkin saja harus dapat diterapkan pada semua lini/divisi. Sebagai seorang yang memegang keputusan tertinggi juga harus mampu dalam mendefinisikan dan menuliskan tentang apa saja yang organisasi harapkan darinya, sehingga seluruh komponen-komponen dalam organisasi akan dapat memahami seputar apa saja yang sangat Anda inginkan secara langsung. Dokumentasikan dengan lebih rapi dan munculkan diwaktu yang sudah benar-benar tepat.

2. Ajarkan (Teach it).

Pembelajaran yang terus berulang-ulangkali (repetition) dan selalu dilakukan secara konsisten akan mampu membentuk kebudayaan. Dalam membentuk kebudayaan seperti apa yang diinginkan juga tetap membutuhkan adanya strategi dan konsistensi dalam hal pelaksanaannya, sehingga akan selalu muncul sebuah kebiasaan dari kebudayaan itu sendiri. Menjelaskan suatu keinginan Anda kepada karyawan akan langsung membentuk pandangan mereka yang terkait dengan suatu tujuan seperti apa yang selama ini sudah diharapkan.

Pembelajaran yang lebih efektif bisa menggunakan metode dengan menceritakan cerita, ketika para pekerja sedang mendengarkan cerita tentang bagaimana Anda dalam menyelesaikan suatu permaslahan yang sangat sulit akan semakin membangkitkan dan menstimulasi pemikiran mereka agar dapat menyelesaikan suatu permasalahan yang serupa dengan lebih tepat dan cepat.

3. Jalankan (Live It).

Tidak hanya harus diceritakan dan dituliskan saja, namun Anda juga harus menghidupkan dan melaksanakannya secara langsung dan tetap konsisten. Jika Anda mengharapkan ada salah satu diantara karyawan atau beberapa orang karyawan yang bersedia untuk mengikuti Anda, maka tunjukanlah kepada mereka bagaimana harus berperilaku dan seperti apa yang Anda harapkan tersebut. Pastikan bahwa mereka juga dapat melakukan seperti apa yang sudah pernah Anda lakukan tersebut. Hidupkan suatu kebiasaan yang memang benar-benar diharapkan oleh organisasi perusahaan Anda.

4. Ukur (Measure It).

Anda juga harus bisa memastikan bahwa terjadinya berbagai perubahan masih bisa diukur. Suatu sistem yang sebelumnya sudah berjalan, sehingga sering sama sekali tidak dirasakan betul efeknya secara langsung, namun jika Anda masih dapat menghitung terjadinya berbagai perubahan tersebut secara tepat yang bisa Anda dapatkan adalah berupa suatu hasil yang benar-benar pasti dan sudah serba terukur yang masih bisa dipercaya. Hal berikutnya harus dapat semakin meningkatkan kepercayaan diri karena telah melakukan suatu perubahan yang sudah berhasil.

5. Memberikan Hadiah (Reward It).

Suatu pencapaian memang pantas untuk diapresiasi, karena dengan cara memberikan reward atau berupa apresiasi, akan dapat semakin memotivasi agar perilaku seperti apa yang diinginkan dapat langsung dilakukan secara permanen. Apresiasi tidak hanya harus berupa uang, namun bisa juga dilakukan/diberikan dengan cara-cara yang berbeda.

Nah, itulah sedikit penjelasan tentang definisi dan tentang beberapa unsur-unsur utama sebagai pembentuk dari organizational culture (budaya organisasi), semoga bisa bermanfaat dalam menambah wawasan Anda sekalian. Apabila bapak ibu membutuhkan pembimbingan mengenai pembuatan SOP HRD, recruitment HRD, dan pembuatan Dokumen terkait HRD, leveling dan standard remunerasi, pembentukan karier di perusahaan, pembuatan peraturan perusahaan, dan lainnya terkait ke –HRD-an, silahkan hubungi groedu@gmail.com atau kontak ke 081-252-982900 (Wa) dan 081-8521172. Tim konsultan kami siap membantu anda!